Sunday, April 28, 2013

KEBAHAGIAAN ADALAH PRIORITAS


Entah kenapa gue suka banget buat analogi. Ngebanding-bandingin gitu. Yaa selama gak ngebandingin pacar sama mantan kayaknya sah-sah aja..

Tiba-tiba gue kepikiran. Banyak orang yang sedih karena gagal tes untuk dapetin suatu pekerjaan. Sedih sih wajar. Mungkin pekerjaan itu diidam-idamkan banget, atau menjanjikan masa depan banget. Tapi kalo sampe stres, frutrasi, atau bahkan putus asa untuk cari pekerjaan lain, itu bahaya.

Tes masuk kerja itu gunanya untuk mengetahui kompetensi dan kepribadian si calon karyawan. Dari situ nanti kelihatan cocok atau enggaknya orang tersebut di pekerjaan yang dibutuhin perusahaan. Inget ya, COCOK. Jadi, ketika seseorang gagal dalam tes masuk kerja, itu bukan berarti dia gak mampu, tapi gak cocok. It means dia harus cari pekerjaan lain yang lebih cocok sama kompetensi dan kepribadian dia. Kompetensi dan kepribadian orang beda-beda kan ya?

Terus gimana kalau lo memaksakan diri bekerja disitu? Katakanlah, lo nyogok atau mungkin melalui kenalan “orang dalem” disitu. Oke, happy working! Dan ternyataa, setelah beberapa lama, lo mulai merasa ketidakcocokan itu. Kerjaannya gak bisa lo handle, lingkungan kerjanya gak sesuai sama kepribadian lo, dan lain sebagainya. Akhirnya lo stres sendiri. Munculah perilaku: males masuk, sering telat, atau bahkan cari-cari pekerjaan baru. Nah!

Begitu juga dengan hubungan kita sama pasangan kita. Gak mau kan pasangan kita mencari “peneduh hati” lain? Usaha selalu ada untuk memperbaiki suatu hubungan. Namun, gak perlu lagi memaksakan ketika usaha tersebut gagal, ketika kesalahan yang sama selalu terjadi berulang, ketika sakit hati selalu dirasakan. 


Guys, ketika lo nyaman menjalani pekerjaan atau hubungan, dunia akan terasa menyenangkan. Bahkan ketika gaji lo kecil atau pasangan lo gak rupawan. Bayangkan jika demi bersanding dengan pasangan yang rupawan atau untuk memperoleh gaji yang besar, lo harus rela sakit hati berkepanjangan. Nope!

Intinya, memaksakan sesuatu yang udah gak cocok itu kurang baik. Dampaknya bukan hanya ke diri sendiri, tapi juga ke lingkungan. Dan sepertinya gue mengerti kenapa islam memperbolehkan perceraian meski hal tersebut dibenci.

Kesejahteraan psikis adalah prioritas.

Jadi, putus cinta bukanlah kiamat. Gak perlu sedih berkepanjangan. Kalian hanya gak cocok, dan yakinlah bahwa di luar sana ada seseorang yang lebih cocok J

“Tidak ada kepribadian yang benar dan salah. Yang ada hanyalah, bagaimana memberdayakan seseorang sesuai dengan kepribadiannya. Bukan mengubah kepribadian itu sendiri.” - Desi Yustari Muchtar (Dosen Psikodiagnostik Nonproyektif)